Tim Indonesia meraih juara umum dalam Olimpiade Sains Terapan Dunia atau International Science Project Olympiad (ISPRO) 2015 yang diselenggarakan di Jakarta 4 Mei hingga 8 Mei 2015.
Seperti dilansir tempo.co(10/5), dalam kompetisi itu Indonesia mengumpulkan 4 medali emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu. Kemudian disusul Bosnia dan Herzegovina dan Tajikistan yang masing-masing memperoleh 1 medali emas, 2 medali perak, dan 1 perunggu.
Pelajar dari SMAN 1 Bantaeng Sulawesi Selatan, Irham Syarif (18) dan Ahmad Abrar (18), berhasil meraih medali emas dengan proyek sains-nya yakni masker helm yang mampu menyerap timbal.
"Kami membuat helm yang berasal dari daun nangka dan mahoni, karena menyerap timbal dan mudah ditemui," ujar Irham usai penutupan ISPRO di Jakarta, Jumat.
Irham dan Ahmad meneliti selama lima bulan, dan pernah meraih medali emas pada kompetisi serupa untuk tingkat nasional. Dia berharap penelitiannya tersebut dapat memberikan sumbangsih dalam upaya menjaga lingkungan.
Indonesia meraih medali emas untuk bidang kimia, biologi, teknologi, dan lingkungan.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud, Achmad Jazidie, mengatakan bahwa olimpiade sains terapan itu merupakan salah satu bukti jika generasi muda kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
"Kegiatan ini selain memberi solusi nyata untuk permasalahan dunia, juga menjadi wadah membangun jejaring sesama pelajar dari seluruh dunia," kata Jazidie.
Olimpiade itu diikuti pelajar berusia 14 hingga 18 tahun yang berasal dari 29 negara. Terdapat lima kategori yang bisa diikuti oleh peserta ISPRO yakni biologi, fisika, kimia, lingkungan, dan teknologi.
Dalam kompetisi ini peserta diminta untuk menjelaskan proyeknya, mempertahankan dan menggunakan ide tersebut dalam teori dan praktik. Jika diperlukan, peserta bisa membawa alat bantu audiovisual.
Peserta yang berusia 14-18 tahun ini bisa menyertakan maksimal 10 karya dari satu negara. Dan untuk setiap karya maksimal dikerjakan oleh dua orang dan satu project supersivor. Setiap naskah yang dibawa peserta harus mengandung prinsip dan metodologi ilmiah.
Beberapa kriteria penilaian oleh juri mencakup pertanyaan tentang penelitian, desain dan metodologi, koleksi data, analisis, dan pemahaman, kreativitas, dan pemaparan.
Seperti dilansir tempo.co(10/5), dalam kompetisi itu Indonesia mengumpulkan 4 medali emas, 3 medali perak, dan 2 medali perunggu. Kemudian disusul Bosnia dan Herzegovina dan Tajikistan yang masing-masing memperoleh 1 medali emas, 2 medali perak, dan 1 perunggu.
Pelajar dari SMAN 1 Bantaeng Sulawesi Selatan, Irham Syarif (18) dan Ahmad Abrar (18), berhasil meraih medali emas dengan proyek sains-nya yakni masker helm yang mampu menyerap timbal.
"Kami membuat helm yang berasal dari daun nangka dan mahoni, karena menyerap timbal dan mudah ditemui," ujar Irham usai penutupan ISPRO di Jakarta, Jumat.
Irham dan Ahmad meneliti selama lima bulan, dan pernah meraih medali emas pada kompetisi serupa untuk tingkat nasional. Dia berharap penelitiannya tersebut dapat memberikan sumbangsih dalam upaya menjaga lingkungan.
Indonesia meraih medali emas untuk bidang kimia, biologi, teknologi, dan lingkungan.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud, Achmad Jazidie, mengatakan bahwa olimpiade sains terapan itu merupakan salah satu bukti jika generasi muda kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
"Kegiatan ini selain memberi solusi nyata untuk permasalahan dunia, juga menjadi wadah membangun jejaring sesama pelajar dari seluruh dunia," kata Jazidie.
Olimpiade itu diikuti pelajar berusia 14 hingga 18 tahun yang berasal dari 29 negara. Terdapat lima kategori yang bisa diikuti oleh peserta ISPRO yakni biologi, fisika, kimia, lingkungan, dan teknologi.
Dalam kompetisi ini peserta diminta untuk menjelaskan proyeknya, mempertahankan dan menggunakan ide tersebut dalam teori dan praktik. Jika diperlukan, peserta bisa membawa alat bantu audiovisual.
Peserta yang berusia 14-18 tahun ini bisa menyertakan maksimal 10 karya dari satu negara. Dan untuk setiap karya maksimal dikerjakan oleh dua orang dan satu project supersivor. Setiap naskah yang dibawa peserta harus mengandung prinsip dan metodologi ilmiah.
Beberapa kriteria penilaian oleh juri mencakup pertanyaan tentang penelitian, desain dan metodologi, koleksi data, analisis, dan pemahaman, kreativitas, dan pemaparan.