Penduduk Pulau Ai, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, dikejutkan dengan perubahan air laut di wilayahnya yang mendadak berubah dari kebiruan jadi berwarna merah seperti darah. Akibatnya banyak nelayan yang tidak berani melaut. Sebagian mempercayainya sebagai pertanda akan terjadinya sesuatu.
Air laut di Pulau Ai, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah tampak berubah seperti darah, minggu (21/6/2015) |
Peneliti Ekologi Kelautan dan Biokimia Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, A'an Johan Wahyudi, memberikan penjelasan terkait fenomena laut merah di Pulau Ai, Kepulauan Banda, itu. Dia mengatkan ada dua kemungkinan yang menyebabkan perubahan warna pada air laut.
"Kemungkinan paling besar adalah blooming algae merah," ujar A'an, seperti dilansir Tempo.co, Senin, (22/6/2015). Dia mengatakan, jika mengandung racun maka bisa berdampak bagi lingkungan. Dampaknya adalah ikan yang hidup di sekitar perairan akan mati. Ikan yang dimakan manusia kemudian berpotensi menimbulkan penyakit, mulai dari mual dan muntah hingga terganggunya saraf.
Kemungkinan berikutnya, perubahan kondisi kimiawi yang terjadi karena perubahan komposisi fosfor dan besi. Namun demikian, A'an belum bisa memastikan penyebab fenomena laut merah di Maluku Tengah. "Perlu dilihat langsung kondisinya seperti apa," kata dia.
Red tide
Hal yang sama di ungkapkan peneliti alga dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Boy Rahardjo Sidharta, menurutnya Kalau bukan pencemaran kimiawi berupa zat warna, pasti itu fenomena red tide."
Red tide merupakan perubahan air laut menjadi merah yang disebabkan oleh ledakan populasi alga merah, jenis alga yang sel-selnya kaya pigmen phycoerythrin.
"Kalau jumlahnya sedikit, tidak kelihatan merah. Tapi, ketika terjadi blooming yang dalam 1 ml bisa berisi ribuan-jutaan sel, maka sangat jelas terlihat dengan mata telanjang," kata Boy.
Penyebab ledakan populasi alga bisa beragam, mulai dari melimpahnya nutrien di laut atau yang disebut eutrofikasi hingga pemanasan global.
Suhu air laut yang meningkat akibat pemanasan global memicu peningkatan metabolisme sel alga. Akibatnya, kecepatan pembelahan atau reproduksi alga juga meningkat.
"Kalau sudah membelah cepat, maka akan mendominasi dan perairan 'berubah' menjadi merah, atau hijau, coklat, atau lainnya," kata Boy seperti dilansir Kompas.com, Senin (22/6/2015).
Hal yang sama di ungkapkan peneliti alga dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Boy Rahardjo Sidharta, menurutnya Kalau bukan pencemaran kimiawi berupa zat warna, pasti itu fenomena red tide."
Red tide merupakan perubahan air laut menjadi merah yang disebabkan oleh ledakan populasi alga merah, jenis alga yang sel-selnya kaya pigmen phycoerythrin.
"Kalau jumlahnya sedikit, tidak kelihatan merah. Tapi, ketika terjadi blooming yang dalam 1 ml bisa berisi ribuan-jutaan sel, maka sangat jelas terlihat dengan mata telanjang," kata Boy.
Penyebab ledakan populasi alga bisa beragam, mulai dari melimpahnya nutrien di laut atau yang disebut eutrofikasi hingga pemanasan global.
Suhu air laut yang meningkat akibat pemanasan global memicu peningkatan metabolisme sel alga. Akibatnya, kecepatan pembelahan atau reproduksi alga juga meningkat.
"Kalau sudah membelah cepat, maka akan mendominasi dan perairan 'berubah' menjadi merah, atau hijau, coklat, atau lainnya," kata Boy seperti dilansir Kompas.com, Senin (22/6/2015).
"Bencana"
Ledakan populasi bencana, dalam kondisi tertentu, memang bisa memicu bencana bagi perikanan dan nelayan.
Alga dalam jumlah besar akan membuat stok oksigen di perairan berkurang. Dampaknya, banyak ikan akan mati.
Blooming bisa terjadi pada alga jenis apa pun. Kadang, alga yang mengalami blooming adalah jenis yang beracun dan tidak mengakibatkan perubahan warna menjadi merah.
Bila yang terjadi adalah blooming alga beracun (HAB), hal itu harus segera diatasi. Racun dari alga bisa meracuni biota laut lain, bahkan membunuh manusia.
Salah satu cara mengatasi blooming alga beracun adalah dengan menebar serbuk kimia untuk menekan pertumbuhannya. Namun, cara itu tak ramah dan hanya memindahkan masalah ke dasar laut.
Meski demikian, belum ditemukan cara lain yang efektif untuk mengatasinya. Biasanya, hanya muncul larangan mengonsumsi produk laut dari daerah yang dilanda HAB untuk mencegah dampak buruk terhadap manusia.
Terkait kasus di Maluku Tengah, Boy mengatakan, "Perlu dilihat apakah ada sel-sel mikro-alga dalam air laut tersebut untuk memastikan penyebab 'berubah'-nya air laut menjadi merah."
Ketika sebab terungkap, analisis kemungkinan dampak dan langkah untuk mencegahnya bisa diupayakan.
Alga dalam jumlah besar akan membuat stok oksigen di perairan berkurang. Dampaknya, banyak ikan akan mati.
Blooming bisa terjadi pada alga jenis apa pun. Kadang, alga yang mengalami blooming adalah jenis yang beracun dan tidak mengakibatkan perubahan warna menjadi merah.
Bila yang terjadi adalah blooming alga beracun (HAB), hal itu harus segera diatasi. Racun dari alga bisa meracuni biota laut lain, bahkan membunuh manusia.
Salah satu cara mengatasi blooming alga beracun adalah dengan menebar serbuk kimia untuk menekan pertumbuhannya. Namun, cara itu tak ramah dan hanya memindahkan masalah ke dasar laut.
Meski demikian, belum ditemukan cara lain yang efektif untuk mengatasinya. Biasanya, hanya muncul larangan mengonsumsi produk laut dari daerah yang dilanda HAB untuk mencegah dampak buruk terhadap manusia.
Terkait kasus di Maluku Tengah, Boy mengatakan, "Perlu dilihat apakah ada sel-sel mikro-alga dalam air laut tersebut untuk memastikan penyebab 'berubah'-nya air laut menjadi merah."
Ketika sebab terungkap, analisis kemungkinan dampak dan langkah untuk mencegahnya bisa diupayakan.