Unknown Unknown Author
Title: Kekuatan Sebuah Doa, Sesuatu yang Tadinya Tidak Mungkin menjadi Mungkin
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:
Alkisah di Negara Uzbekistan terdapat seorang anak yang sejak lahir selain sudah yatim juga menderita kebutaan. Kedua matanya tidak dapat me...

Alkisah di Negara Uzbekistan terdapat seorang anak yang sejak lahir selain sudah yatim juga menderita kebutaan. Kedua matanya tidak dapat melihat. Anak tersebut bernama Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju’fiy Al Bukhari. 

Sepanjang hari ibunya selalu berdoa, meminta kepada Allah supaya anak lelakinya tersebut diberikan Rahmat dapat melihat. Doa dipanjatkan tiada henti sampai akhirnya pada usia 10 tahun, anak lelaki tersebut bisa melihat dengan kedua matanya sendiri. Sebagai rasa syukurnya, Sang ibunda mengirimkan anak tersebut ke majlis pendidikan hingga akhirnya anak lelaki tersebut menjadi salah satu perawi hadits yang kita kenal dengan Imam Bukhari.

Begitulah kenyataan kekuatan sebuah doa. Allah berjanji kepada umatNya akan mengabulkan semua doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh dan penuh harap.
    "Dan Rabb-mu berfirman: 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina'." – (QS. Al Mu’min : 60)
Sebuah doa yang dipanjatkan kepada Rabbnya, menjadikan sesuatu yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagiNya (Iradah). Seperti halnya kisah di atas. Albukhori bisa sembuh dari kebutaan yang dialaminya tanpa sebuah operasi replantasi dan sejenisnya.

Efek dari sebuah doa juga sering aku alami dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu contoh yang kisahnya hampir sama dengan kisah Imam Bukhori. Sedari kecil aku terlahir cedal, tidak bisa mengucapkan konsonan R. Sampai terkadang itu menjadi bahan ejekan orang-orang di sekitarku. Ibuku selalu memotivasiku dengan kalimat, “Kamu tidak perlu cemas karena kebanyakan orang-orang cedal terlahir sebagai orang yang cerdas, Pak Habibie misalnya”. Aku pun menjalani hari-hariku dengan penuh percaya diri.

Sewaktu kecil salah satu kegemaranku adalah bersholawat. Salah satu muthorib yang aku kagumi adalah pasangan Haddad Alwi dan Sulis, sampai-sampai aku mengoleksi semua album mereka. Berkat kegemaranku itu, aku menjadi aktif mengikuti kompetisi rebana atau dalam acara keagamaan di kampung. Waktu itu orang-orang bilang kalau suaraku cukup enak didengar. Namun, aku merasa ada yang kurang saat aku bersholawat karena aku tidak bisa mengucapkan huruf R dengan jelas. Padahal dalam bahasa arab konsonan R cukup sering  muncul.

Tibalah suatu malam di Bulan Ramadhan. Pada malam ganjil di minggu ketiga dan keempat di masjid dekat rumah rutin dijalankan sholat tasbih. Karena kebetulan sekolah juga sudah diliburkan, aku dan teman-temanku memutuskan untuk beri’tikaf di masjid. Sebelum sholat tasbih dimulai, kami menjalankan sholat tahajud masing-masing. Dalam doa aku meminta supaya Allah mengijinkan supaya aku bisa mengucapkan huruf R, aku ingin bisa bersholawat dengan lebih apik. Aku memohon dengan sungguh-sungguh dan penuh harap serta keyakinan penuh bahwa Allah Azza wa Jalla akan mengabulkan pintaku itu. Dan terbukti, di usiaku yang menginjak 16 tahun aku dapat mengucapkan huruf R dengan sempurna sampai sekarang.

Memang, doa itu tidak segera Allah kabulkan, tetapi Allah akan mengabulkan dalam waktu dan kondisi yang tepat. Tapi sesuai janjiNya, bahwa doa-doa hambaNya akan dikabulkan olehNya. Seperti kisah Rasulullah SAW saat sedang bersujud kepada Allah, beliau didatangi oleh sekelompok orang bani Israil. Mereka melumuri punggung Rasulullah SAW dengan kotoran. Rasul pun sedih dan sangat murka. Maka berdoalah beliau supaya Allah menghukum orang-orang tersebut. Tetapi doa Rasul tidak segera dikabulkan Allah melainkan saat terjadinya Perang Badar mereka dibinasakan, yaitu setelah 13 tahun kejadian tersebut.

Namun dalam berdoa kita tidak diperkenankan meminta hal-hal keburukan, kecuali bagi mereka orang-orang yang teraniaya.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS An Nisa : 148). 
Maka, bagi orang-orang yang zalim sebaiknya berhati-hati terhadap orang-orang yang mereka aniaya. Karena balasan dari Allah mungkin tidak akan datang dengan segera, tetapi pasti kedatangannya Hal tersebut diperkuat dalam Surat Ibrahim ayat 42.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah berjanji kepada semua hambaNya atas terkabulnya sebuah doa. Oleh karena itu kita wajib meyakini dan tidak boleh berputus asa. Yakin bahwa doa-doa kita akan diijabah oleh Allah SWT meskipun tidak segera, tetapi terkabulnya doa akan tiba dalam waktu yang tepat, seperti kisahnya Imam Bukhori dan Rasulullah SAW. Aku pun harus menunggu 16 tahun untuk bisa mengucapkan huruf R dengan sempurna, dan kini aku bisa bersholawat dengan indah. "Innallaha ala kulli syaiin qadir".

Advertisement

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama
 
Top