Sudahkah kamu menonton film di atas?
Yup, baru-baru ini, film tersebut menjadi film kontroversi yang membuat sebagian kaum muslim berang karena “kenapa harus jilbab yang dikorbankan untuk menolong laki-laki itu”. Film yang dibuat oleh Salman Haider Virk ini pun tak ayal membuat banyak orang berpikir kembali mengenai apa makna tersirat dan tersurat yang ada di dalamnya?
Kali ini, MediaPangkalan, mungkin akan punya sedikit perbedaan pendapat dengan kamu yang menganggap bahwa ada hal lain yang bisa ‘dikorbankan’ selain jilbab.
Jilbab Sebagai Penanda
Jilbab memang digunakan sebagai simbol keislaman oleh sebagian besar umat manusia. Meskipun sebenarnya, Kaum Yahudi, Nasrani, dan beberapa agama lainnya juga memiliki cara yang serupa untuk bisa menutup ‘perhiasan’ kaum perempuan tersebut. Namun dewasa ini, jilbab menjadi identik dengan Islam (muslimah) sehingga ketika mendengar kata jilbab, burqa, atau kerudung, yang terlintas di pikiran banyak orang hanyalah perempuan beragama Islam.
Tapi, pernahkah kamu berpikir bahwa jilbab digunakan bukan hanya sebatas penutup rambut belaka? Jilbab digunakan sebagai pembatas antara yang benar dan yang salah, yang bisa menggoda dengan yang tidak menggoda, dan yang baik dengan yang kurang baik.
Dalam film ini, kamu mungkin bisa melihat permukaan jilbab hanya sebatas ‘penutup’ dan ‘kewajiban’ sehingga berpikir “masih ada benda lain yang bisa dijadikan alat untuk menolong laki-laki tersebut”. Namun, kamu juga bisa melihat ini sebagai sesuatu yang lain, yang lebih bermakna ketimbang hanya sebagai penutup rambut dan kewajiban muslimah.
Jilbab Sebagai Keyakinan
Dengan keyakinan, perempuan dalam film ini yakin bahwa dirinya merasa aman ketika berada di dalam lift. Meskipun yang ada di sampingnya bukan sesama perempuan, melainkan laki-laki. Lantas, dengan keyakinan itu pula perempuan tersebut yakin bahwa menolong adalah ‘hablumminannas’ yang diperintahkan Allah untuk menunjang hubungan ‘hablumminallah’-nya.
Pengorbanan jilbab ini dilakukan bukan untuk mengabaikan kewajiban perempuan muslim terhadap aturan Tuhannya, melainkan sebuah keyakinan bahwa Tuhan mahatahu dan sebagai sebuah representasi kemanusiaan Islam yang sebenarnya.
Islam yang Sebenarnya
Islam yang sebenarnya bukan dibentuk sebagai sebuah agama, melainkan sebagai sebuah ajaran. Ajaran yang diberikan melalui semua ciptaan-Nya, melalui banyak pengalaman hidup, dan tentu saja melalui pengorbanan.
Kamu mungkin hanya akan melihat secara dangkal mengenai film ini jika berpendapat hanya sebatas hijab yang dikorbankan. Tapi, kamu akan lebih berpikir dalam lagi mengenai tingginya nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran Islam yang seyogianya ditanamkan melalui film ini.
Jilbab sebagai kewajiban telah bertransformasi menjadi sebuah keyakinan, yang pada tataran selanjutnya secara semiotis bertransformasi kembali menjadi sebuah pengorbanan. Dengan demikian, film ini sebenarnya mengajarkan bagaimana menjadi pribadi muslim yang sebenarnya. Yang bukan hanya mengagungkan kewajiban, yang bukan hanya bersandar pada keyakinan, namun juga pada pengorbanan.
Hal ini sesuai dengan firman berikut ini:
“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.” (QS. Al Fath [48] : 4)
Jika kita merasa sudah beriman, mungkin masih ada keimanan yang lebih tinggi lagi yang harus kita capai. Yuk sama-sama saling memperbaiki diri agar tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Berikut Videonya
thank to : fairyandfunny